Menu Melayang

Monday, October 30, 2017

Hari Ketiga Perjalanan Panjang Menuju Lourdes



Selamat pagi di Nevers, sebelum sarapan kami misa pagi di ruangan buffet hotel. Hari ini merupakan perjalanan panjang dan lama. Selepas sarapan, karena tidak ada porter hotel, kami bergotong royong mendorong koper-koper ke tempat parkir bus yang jaraknya sekitar 100 meter. Meskipun sudah pukul 8, matahari belum bersinar, kabut tipis menyelimuti halaman luar hotel. Kali ini kami mulai teratur mengatur koper-koper untuk dimasukkan ke bagasi bus. Semua koper-koper besar diletakkan seragam dan dimasukkan terlebih dulu oleh Marco. Kemudian koper-koper kecil masuk terakhir. Cuaca dengan angin yang dingin menerpa badan kami namun karena sering bergerak maka suhu badan menjadi hangat. Setelah semua selesai, langsung masuk bus. Tidak kuat lagi menahan angin dingin di Nevers.

Bus beranjak meninggalkan hotel Mercure Nevers, menyeberangi sungai besar Louire. Tampak sinar mentari mulai muncul dan kami memulai dengan lagu

"Dari Terbit Matahari Sampai pada masuknya ... biarlah nama Tuhan dipujiiiii ...
Dari Terbit Matahari sampai pada masuknya ... biarlah nama Tuhan dipuji ...
Puji Tuhan ...
Puji Tuhan ..

Mulailah tour leader kami bercerita tentang kota Nevers. Nevers sebuah kota kecil, kota ini memiliki santa pelindung bernama Santa Julita. Dikisahkan bahwa Santa Julita mempunyai anak balita Santo Quriaqos. Ia merupakan pengikut Kristus yang taat. Pada saat itu masih banyak penduduk eropa yang menjadi penganut pagan. Ada legenda bahwa Santo Quriaqos (anak Santa Julita) yang berumur kira-kira 3 tahun mempertanyakan keimanan gubernur Tarsus saat itu. Gubernur Tarsus tersinggung dan karena Santa Julita tidak mau melepaskan keyakinan imannya atas Kristus, maka anaknya dibunuh.

Legenda di suatu ketika Charlemagne (Karl yang Agung) bermimpi sedang berburu di hutan namun selamat dari serangan babi hutan. Ia diselamatkan dengan kemunculan sesosok anak, yang menjanjikan keselamatan kerajaannya dari kematian bila ia memberikan pakaian untuk tubuhnya. Uskup Nevers menginpretasikan bahwa mimpi itu berarti ia ingin sang Karel untuk memperbaiki atap Katedral yang didedikasikan untuk Santo Quriaqos ... mendengar kisah sejarah itu serasa mendengar dongeng sebelum tidur. Satu per satu penumpang mulai terlelap ... zzz ..zzz.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12. Kami berdoa lagi Doa Malaikat Tuhan.
Kemudian perut mulai berasa keroncongan, namun restoran yang akan kami kunjungi belum terlihat. Jalan bebas hambatan di Eropa memang terawat dengan baik. Akhirnya kami sampai di AutoGrill, Labastide Murad.
autogrill https://www.google.co.id/maps/@44.657611,1.5682812,17.54z?


Sejuk angin sepoi-sepoi dengan cuaca cerah kami tiba di restoran rest area AutoGrill. Antre untuk makan, kami dapat satu porsi makan ayam goreng dan kentang untuk porsi orang Eropa alias sangat banyak hehehe.

Kenyang dengan makanan ala Eropa yang sesuai dengan lidah (ayam goreng kentang) yang sayangnya tidak ada sambal. Untunglah ada yang bawa sambal sachet ABC sekantong plastik dan langsung ludes diminati oleh para peserta ziarah.

Kembali ke bus dengan perut kenyang, saatnya menonton film tentang Bernadete Soburius di tv yang ada di bus. Dikisahkan pada abad 18 banyak wabah penyakit dan perang antar kerajaan yang tak berkesudahan. ...

Beberapa penumpang bus terlelap ketika baru menonton setengah jam. Udara di luar angin dingin namun penghangat bus berfungsi dengan baik. Menjelang senja kami sudah tiba di Toulouse. Perjalanan menuju Lourdes melewati daerah perbukitan Pyrene, semburat langit senja mulai menampilkan panorama bukit Pyrene, dan dibalik-balik bukit ada beberapa kastil yang menyerupai benteng dari kejauhan. Akhirnya kami mulai memasuki kota Lourdes dan tiba di Hotel Panorama sekitar pukul 8 malam. Turun dari bus kami langsung makan malam di hotel. Koper-koper akan di antar ke kamar masing-masing setelah pembagian kunci.

Selesai membasuh badan, ada peserta yang sudah lelah dan hanya tinggal di kamar hotel. Ada lagi yang langsung ke Basilika untuk ikut dalam prosesi lilin. Prosesi lilin ini berupa kegiatan doa Salam Maria dalam berbagai bahasa dengan mengelilingi pelataran basilika. Ratusan orang dari berbagai negara berkumpul di sini untuk berdoa Salam Maria. Sungguh indah bila dilihat dari atas tangga Basilika. Lilin yang menjadi terang bagi sesama menerangi kompleks basilika. Sungguh rasa haru bercampur bahagia tak terasa air mata menetes, bisa sampai di tempat ini. Di mana Bunda Maria berkenan memberi pesan kepada Santa Bernadette. Setiap selesai doa Salam Maria diiringi lagu Ave Maria, dalam bahasa Perancis, namun kalo dinyanyikan dalam bahasa Indonesia seperti ini

Di Lourdes di bukit
Tampaklah Maria

Ave ... Ave ... Ave Maria

Perarakan lilin usai dan satu per satu membubarkan barisan. Angin dingin mulai menusuk badan menjelang tengah malam. Ada yang berdoa di Grotto untuk mengucapkan rasa syukur, memohon pengampunan, memohon harapan, dan berbagai ujub doa pribadi masing-masing. Kemana lagi bila seorang anak ingin mencurahkan hatinya bila tidak ke ibunya. Itulah sosok Maria. Ibu segala bangsa yang berkenan mendoakan kita semua kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus Tuhan kita. Seperti Yesus sendiri pernah berucap "Inilah ibumu!" Yohanes 19:26-27

Sosok Maria memang pribadi yang taat kepada Allah. Ia pasrah menerima kehendak Allah ketika ia mengandung dan melahirkan juru selamat. Ia juga tabah ketika anak yang ia kandung dibunuh dengan keji di kayu salib. Betapa Maria merupakan sosok wanita yang kuat menghadapi hidupnya yang menderita.

Bunyi dentang lonceng Basilika telah menunjukkan waktu pukul 23, setelah berdoa di depan grotto kami membasuh muka, tangan dan meminum air di samping grotto. Kembali ke hotel dengan angin dingin yang mampu menembus baju lapis 3 hingga menusuk tulang kaki ... brrrr... brrrrr...

Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel