Selamat pagi di Nevers, sebelum sarapan kami misa pagi di
ruangan buffet hotel. Hari ini merupakan perjalanan panjang dan lama. Selepas
sarapan, karena tidak ada porter hotel, kami bergotong royong mendorong
koper-koper ke tempat parkir bus yang jaraknya sekitar 100 meter. Meskipun sudah
pukul 8, matahari belum bersinar, kabut tipis menyelimuti halaman luar hotel.
Kali ini kami mulai teratur mengatur koper-koper untuk dimasukkan ke bagasi
bus. Semua koper-koper besar diletakkan seragam dan dimasukkan terlebih dulu
oleh Marco. Kemudian koper-koper kecil masuk terakhir. Cuaca dengan angin yang
dingin menerpa badan kami namun karena sering bergerak maka suhu badan menjadi
hangat. Setelah semua selesai, langsung masuk bus. Tidak kuat lagi menahan
angin dingin di Nevers.
Bus beranjak meninggalkan hotel Mercure Nevers, menyeberangi
sungai besar Louire. Tampak sinar mentari mulai muncul dan kami memulai dengan
lagu
"Dari Terbit Matahari Sampai pada masuknya ... biarlah
nama Tuhan dipujiiiii ...
Dari Terbit Matahari sampai pada masuknya ... biarlah nama
Tuhan dipuji ...
Puji Tuhan ...
Puji Tuhan ..
Mulailah tour leader kami bercerita tentang kota Nevers.
Nevers sebuah kota kecil, kota ini memiliki santa pelindung bernama Santa
Julita. Dikisahkan bahwa Santa Julita mempunyai anak balita Santo Quriaqos. Ia
merupakan pengikut Kristus yang taat. Pada saat itu masih banyak penduduk eropa
yang menjadi penganut pagan. Ada legenda bahwa Santo Quriaqos (anak Santa Julita) yang berumur kira-kira 3 tahun
mempertanyakan keimanan gubernur Tarsus saat itu. Gubernur Tarsus tersinggung dan karena Santa Julita tidak mau melepaskan keyakinan
imannya atas Kristus, maka anaknya dibunuh.
Legenda di suatu ketika Charlemagne (Karl yang Agung) bermimpi
sedang berburu di hutan namun selamat dari serangan babi hutan. Ia diselamatkan
dengan kemunculan sesosok anak, yang menjanjikan keselamatan kerajaannya dari
kematian bila ia memberikan pakaian untuk tubuhnya. Uskup Nevers
menginpretasikan bahwa mimpi itu berarti ia ingin sang Karel untuk memperbaiki
atap Katedral yang didedikasikan untuk Santo Quriaqos ... mendengar kisah
sejarah itu serasa mendengar dongeng sebelum tidur. Satu per satu penumpang
mulai terlelap ... zzz ..zzz.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12. Kami berdoa
lagi Doa Malaikat Tuhan.
Kemudian perut mulai berasa keroncongan, namun restoran yang
akan kami kunjungi belum terlihat. Jalan bebas hambatan di Eropa memang terawat
dengan baik. Akhirnya kami sampai di AutoGrill, Labastide Murad.
autogrill
https://www.google.co.id/maps/@44.657611,1.5682812,17.54z?
Sejuk angin sepoi-sepoi dengan cuaca cerah kami tiba di
restoran rest area AutoGrill. Antre untuk makan, kami dapat satu porsi makan
ayam goreng dan kentang untuk porsi orang Eropa alias sangat banyak hehehe.
Kenyang dengan makanan ala Eropa yang sesuai dengan lidah
(ayam goreng kentang) yang sayangnya tidak ada sambal. Untunglah ada yang bawa
sambal sachet ABC sekantong plastik dan langsung ludes diminati oleh para
peserta ziarah.
Kembali ke bus dengan perut kenyang, saatnya menonton film
tentang Bernadete Soburius di tv yang ada di bus. Dikisahkan pada abad 18
banyak wabah penyakit dan perang antar kerajaan yang tak berkesudahan. ...
Beberapa penumpang bus terlelap ketika baru menonton
setengah jam. Udara di luar angin dingin namun penghangat bus berfungsi dengan
baik. Menjelang senja kami sudah tiba di Toulouse. Perjalanan menuju Lourdes
melewati daerah perbukitan Pyrene, semburat langit senja mulai menampilkan
panorama bukit Pyrene, dan dibalik-balik bukit ada beberapa kastil yang
menyerupai benteng dari kejauhan. Akhirnya kami mulai memasuki kota Lourdes dan
tiba di Hotel Panorama sekitar pukul 8 malam. Turun dari bus kami langsung
makan malam di hotel. Koper-koper akan di antar ke kamar masing-masing setelah
pembagian kunci.
Selesai membasuh badan, ada peserta yang sudah lelah dan
hanya tinggal di kamar hotel. Ada lagi yang langsung ke Basilika untuk ikut
dalam prosesi lilin. Prosesi lilin ini berupa kegiatan doa Salam Maria dalam
berbagai bahasa dengan mengelilingi pelataran basilika. Ratusan orang dari
berbagai negara berkumpul di sini untuk berdoa Salam Maria. Sungguh indah bila
dilihat dari atas tangga Basilika. Lilin yang menjadi terang bagi sesama
menerangi kompleks basilika. Sungguh rasa haru bercampur bahagia tak terasa air
mata menetes, bisa sampai di tempat ini. Di mana Bunda Maria berkenan memberi
pesan kepada Santa Bernadette. Setiap selesai doa Salam Maria diiringi lagu Ave
Maria, dalam bahasa Perancis, namun kalo dinyanyikan dalam bahasa Indonesia
seperti ini
Di Lourdes di bukit
Tampaklah Maria
Ave ... Ave ... Ave Maria
Perarakan lilin usai dan satu per satu membubarkan barisan.
Angin dingin mulai menusuk badan menjelang tengah malam. Ada yang berdoa di Grotto
untuk mengucapkan rasa syukur, memohon pengampunan, memohon harapan, dan
berbagai ujub doa pribadi masing-masing. Kemana lagi bila seorang anak ingin
mencurahkan hatinya bila tidak ke ibunya. Itulah sosok Maria. Ibu segala bangsa
yang berkenan mendoakan kita semua kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus Tuhan
kita. Seperti Yesus sendiri pernah berucap "Inilah ibumu!" Yohanes
19:26-27
Sosok Maria memang pribadi yang taat kepada Allah. Ia pasrah
menerima kehendak Allah ketika ia mengandung dan melahirkan juru selamat. Ia
juga tabah ketika anak yang ia kandung dibunuh dengan keji di kayu salib.
Betapa Maria merupakan sosok wanita yang kuat menghadapi hidupnya yang
menderita.
Bunyi dentang lonceng Basilika telah menunjukkan waktu pukul
23, setelah berdoa di depan grotto kami membasuh muka, tangan dan meminum air
di samping grotto. Kembali ke hotel dengan angin dingin yang mampu menembus
baju lapis 3 hingga menusuk tulang kaki ... brrrr... brrrrr...