Menu Melayang

Tuesday, October 17, 2017

Menyiapkan Dokumen untuk Visa Schengen dalam Perjalanan Ziarah ke Eropa



Untuk bisa berangkat dan tinggal sejenak di Eropa, setiap orang wajib punya Visa Schengen. Syarat-syarat Visa Schengen cukup ketat. Ada satu syarat yang ditulis oleh Renata supaya visa schengen bisa disetujui yakni minimal memiliki rekening di bank dengan saldo tujuh puluh lima juta rupiah. Alamak! Padahal agen tour lain hanya mensyaratkan lima puluh juta rupiah! Kami berdua praktis kalo ditotal hanya memiliki saldo sekitar seratus juta rupiah. Itupun sekitar tujuh puluh juta untuk anggaran ziarah ke Eropa.
Kami mulai atur rekening bank yang tadinya disimpan ke beberapa rekening, kini mulai dipindahkan ke satu rekening supaya tampak saldonya cukup sebelum akhir Agustus. Sebaiknya memang punya saldo mengendap sekitar 3 bulan sebelum mengajukan visa sehingga pihak kedutaan tidak curiga asal-usul dana tersebut.
Setelah strategi utak atik saldo tabungan selesai, kini saatnya legalisir dokumen rekening bank. Bank seperti BCA bisa memberikan surat keterangan saat itu juga. Tentu saja dengan membayar biaya administrasi untuk legalisir
Kemudian salinan paspor, akta kelahiran, kartu keluarga dan surat sponsor/ijin dari kantor. Dokumen tersebut diserahkan ke Renata untuk selanjutnya dibawa ke jasa pengurusan visa Schengen.

Foto Biometrik

Tanggal 27 September 2016 kami dijadwal untuk pengambilan foto biometrik di jasa pengurusan visa Schengen lewat kedutaan Perancis di Menara Anugerah, Kuningan, Jakarta. Kami beruntung tinggal di Jakarta, karena peserta ziarah ada yang dari Surabaya dan pulang pergi untuk hanya urusan foto biometrik ini. Kami ditemani pak Denny, staf Renata yang membantu untuk mengurus visa. Pak Denny telah menyiapkan segala dokumen yang disatukan dalam sampul map. Kami mulai dipanggil untuk memasuki ruangan dan pengambilan foto serta sidik jari. Ada beberapa orang yang juga ikut tur bersama Renata yakni Pak Efendi dan Bu Evi.

Kami berdoa semoga pengajuan Visa Schengen disetujui di paspor kami. Cemas juga bila ternyata visa tidak disetujui. Rencana bisa berantakan dan jika membatalkan, uang muka juga hangus. Tidak lucu pula bila hanya salah satu pasangan yang visa schengennya disetujui. "Moso hanya saya yang berangkat atau istri saya sendiri".

Tambah cemas lagi ketika oma Susi dari Renata mengeluarkan tagihan untuk segera melunasi biaya perjalanan ziarah. Sebelum melunasi, kami tanyakan tentang visa tersebut dan dijawab visa pasti disetujui. Antara ragu-ragu dan yakin campur aduk ketika akan melakukan transfer pembayaran yang tersisa. Kami berdoa terus semoga semuanya lancar. Hingga akhirnya ada undangan untuk briefing.

Briefing Sebelum Berangkat

Pada tanggal 6 Oktober 2017, penulis datang kembali ke kantor Renata di Jalan Kramat, Kramat Sentiong, Senen. Jakarta Pusat. Kali ini akan diberikan briefing sebelum melakukan perjalanan ziarah. Sempat bertemu dengan Pak Ben dan istrinya. Ternyata ibu Ben baru pulang dari ziarah ke Timur Tengah bersama Renata di bulan September yang lalu. Ia memberi testimoni dan kesan-kesan selama perjalanan ziarah ke Timur Tengah.

Setelah briefing kami disuguhkan kotak berisi nasi gudek. Lumayan untuk mengisi perut yang tak mengira sudah pukul 14 siang. Lalu kami mengobrol apa saja hingga waktu sudah menjelang sore. Tiap peserta mendapatkan koper Renata yang bisa masuk ke kabin pesawat. Di dalam koper ada baju, topi, payung, dan buku doa. Tak ketinggalan adalah paspor yang ditunggu-tunggu. Saya buka paspor dan ternyata visa telah tertempel di sebuah halaman paspor. Begitu juga dengan visa istri saya. Lega memupuskan rasa cemas. Namun ada lagi yang belum direncanakan yakni: baju untuk musim dingin!

Penjelasan dari mbak Rosa dan oma Susi untuk perjalanan 18 - 28 Oktober 2016 di Eropa sedang peralihan dari musim panas ke musim gugur. Angin dingin dan cuaca tidak menentu. Saya sempat cari-cari ramalan cuaca di kota Paris, Lourdes dan Roma di tanggal-tanggal tersebut. Informasi rata-rata bahwa Paris pada pertengahan Oktober 2016 pada siang hari bersuhu sekitar 16 derajat celcius. Sedangkan Lourdes 17 derajat dan Roma 23 derajat. Saya bayangkan seperti apa rasanya 16 derajat celcius. Kalau malam tentu lebih dingin lagi. Tidur dengan air condition 17 derajat saja sudah harus pakai selimut tebal. 

Dari situ saya berpikir "wah musti pakai baju tiga atau empat lapis supaya tidak masuk angin". Jaket di lapis pertama, baju kasual di lapis kedua, longjohn di lapis ketiga dan opsi tambahan adalah kaus dalam di lapis keempat. Selain itu topi kupluk, slayer katun dan sarung tangan! Kami baru kepikiran untuk membeli pakaian musim dingin seminggu sebelum keberangkatan. Benar-benar tidak terpikir sebelumnya!

Waktu yang tinggal sedikit akhirnya saya menemukan toko khusus penjual baju musim dingin. Lumayan harganya. Kemudian ada satu produk yang juga saya beli yakni heater. Heater ini berisi pasir yang akan hangat ketika dibuka dan ditempelkan ke baju atau kantong. Ada juga heater yang diselipkan di dalam sepatu supaya telapak kaki tidak beku.

Cek List Persiapan Ziarah

* Rosario
* Baju musim dingin (long john, slayer, sarung tangan)
* Koper ukuran besar yang muat 30kg
* Tongkat kursi (bagi yang tidak kuat berdiri)
* Makanan lokal (mie gelas, sambal sachet, permen, coklat)
* Jerigen kecil untuk bawa air suci
* Obat (antimo, tolak angina, minyak gosok)
* Kamera
* Pulsa untuk roaming
 



Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel