Untuk bisa berangkat dan tinggal sejenak di Eropa, setiap
orang wajib punya Visa Schengen. Syarat-syarat Visa Schengen cukup ketat. Ada
satu syarat yang ditulis oleh Renata supaya visa schengen bisa disetujui yakni
minimal memiliki rekening di bank dengan saldo tujuh puluh lima juta rupiah.
Alamak! Padahal agen tour lain hanya mensyaratkan lima puluh juta rupiah! Kami
berdua praktis kalo ditotal hanya memiliki saldo sekitar seratus juta rupiah.
Itupun sekitar tujuh puluh juta untuk anggaran ziarah ke Eropa.
Kami mulai atur rekening bank yang tadinya disimpan ke
beberapa rekening, kini mulai dipindahkan ke satu rekening supaya tampak
saldonya cukup sebelum akhir Agustus. Sebaiknya memang punya saldo mengendap
sekitar 3 bulan sebelum mengajukan visa sehingga pihak kedutaan tidak curiga
asal-usul dana tersebut.
Setelah
strategi utak atik saldo tabungan selesai, kini saatnya legalisir dokumen
rekening bank. Bank seperti BCA bisa memberikan surat keterangan saat itu
juga. Tentu saja dengan membayar biaya administrasi untuk legalisir
Kemudian salinan
paspor, akta kelahiran, kartu keluarga dan surat sponsor/ijin dari
kantor. Dokumen tersebut
diserahkan ke Renata untuk selanjutnya dibawa ke jasa pengurusan visa Schengen.
Foto Biometrik
Tanggal 27 September 2016 kami dijadwal untuk pengambilan
foto biometrik di jasa pengurusan visa Schengen lewat kedutaan Perancis di
Menara Anugerah, Kuningan, Jakarta. Kami beruntung tinggal di Jakarta, karena
peserta ziarah ada yang dari Surabaya dan pulang pergi untuk hanya urusan foto
biometrik ini. Kami ditemani pak Denny, staf Renata yang membantu untuk
mengurus visa. Pak Denny telah menyiapkan segala dokumen yang disatukan dalam
sampul map. Kami mulai dipanggil untuk memasuki ruangan dan pengambilan foto
serta sidik jari. Ada beberapa orang yang juga ikut tur bersama Renata yakni Pak
Efendi dan Bu Evi.
Kami berdoa semoga pengajuan Visa Schengen disetujui di
paspor kami. Cemas juga bila ternyata visa tidak disetujui. Rencana bisa
berantakan dan jika membatalkan, uang muka juga hangus. Tidak lucu pula bila
hanya salah satu pasangan yang visa schengennya disetujui. "Moso hanya
saya yang berangkat atau istri saya sendiri".
Tambah cemas lagi ketika oma Susi dari Renata mengeluarkan
tagihan untuk segera melunasi biaya perjalanan ziarah. Sebelum melunasi, kami
tanyakan tentang visa tersebut dan dijawab visa pasti disetujui. Antara
ragu-ragu dan yakin campur aduk ketika akan melakukan transfer pembayaran yang
tersisa. Kami berdoa terus semoga semuanya lancar. Hingga akhirnya ada undangan
untuk briefing.
Briefing Sebelum Berangkat
Pada
tanggal 6 Oktober 2017, penulis datang kembali ke kantor Renata di Jalan
Kramat, Kramat Sentiong, Senen. Jakarta Pusat. Kali ini akan diberikan briefing
sebelum melakukan perjalanan ziarah. Sempat bertemu dengan Pak Ben dan
istrinya. Ternyata ibu Ben baru pulang dari ziarah ke Timur Tengah bersama
Renata di bulan September yang lalu. Ia memberi testimoni dan kesan-kesan
selama perjalanan ziarah ke Timur Tengah.
Setelah briefing kami disuguhkan kotak berisi nasi gudek.
Lumayan untuk mengisi perut
yang tak mengira sudah pukul 14 siang. Lalu kami mengobrol apa saja
hingga waktu sudah menjelang sore. Tiap peserta mendapatkan koper Renata yang
bisa masuk ke kabin pesawat. Di dalam koper ada baju, topi, payung, dan buku
doa. Tak ketinggalan adalah paspor yang ditunggu-tunggu. Saya buka paspor dan
ternyata visa telah tertempel di sebuah halaman paspor. Begitu juga dengan visa
istri saya. Lega memupuskan rasa cemas. Namun ada lagi yang belum direncanakan
yakni: baju untuk musim dingin!
Penjelasan dari mbak Rosa dan oma Susi untuk perjalanan 18 -
28 Oktober 2016 di Eropa sedang peralihan dari musim panas ke musim gugur.
Angin dingin dan cuaca tidak menentu. Saya sempat cari-cari ramalan cuaca di
kota Paris, Lourdes dan Roma di tanggal-tanggal tersebut. Informasi rata-rata
bahwa Paris pada pertengahan Oktober 2016 pada siang hari bersuhu sekitar 16
derajat celcius. Sedangkan Lourdes 17 derajat dan Roma 23 derajat. Saya
bayangkan seperti apa rasanya 16 derajat celcius. Kalau malam tentu lebih
dingin lagi. Tidur dengan air
condition 17 derajat saja sudah harus pakai selimut tebal.
Dari situ saya berpikir "wah musti pakai baju tiga atau
empat lapis supaya tidak masuk angin". Jaket di lapis pertama, baju kasual
di lapis kedua, longjohn di lapis ketiga dan opsi tambahan adalah kaus dalam di
lapis keempat. Selain itu topi kupluk, slayer katun dan sarung tangan! Kami baru kepikiran untuk membeli pakaian musim dingin
seminggu sebelum keberangkatan. Benar-benar tidak terpikir sebelumnya!
Waktu yang tinggal sedikit akhirnya saya menemukan toko
khusus penjual baju musim dingin. Lumayan harganya. Kemudian ada satu produk
yang juga saya beli yakni heater.
Heater ini berisi pasir yang akan hangat ketika dibuka dan ditempelkan ke baju
atau kantong. Ada juga heater yang diselipkan di dalam sepatu supaya telapak
kaki tidak beku.
Cek List Persiapan Ziarah
* Rosario
* Baju musim dingin (long john, slayer, sarung tangan)
* Koper ukuran besar yang muat 30kg
* Tongkat kursi (bagi yang tidak
kuat berdiri)
* Makanan lokal (mie gelas, sambal sachet, permen, coklat)
* Jerigen kecil untuk bawa air suci
* Obat (antimo, tolak angina, minyak gosok)
* Kamera
* Pulsa untuk roaming