Menu Melayang

Monday, October 23, 2017

Hari Pertama di kapel Catharina Labore



Akhirnya kami tiba di bandara Charles De Gaulle pukul 8 pagi. Keluar dari pesawat disambut dengan mobil tangga, angin dingin namun segar mulai merasuk dari kaki hingga kepala. Hembusan nafas keluar dari hidung dan mulut. Kemudian kami naik bus menuju terminal 2 kedatangan dan antri masuk imigrasi. Setelah itu kami keluar dari terminal dan menunggu bus pariwisata. Bus yang dikemudikan Marco warga negara Italia tiba dan bersiap memasukkan koper-koper besar ke dalam bagasi. Marco agak sedikit heran, ada 43 penumpang namun kopernya mencapai 80 koper lebih.
Keluar dari area bandara di pagi hari kami sudah disuguhi kemacetan kota besar. Di kota Paris, warga kota yang tinggal di kota ini disebut dengan Parisian. 

Belum mandi dan mungkin hanya cuci muka, kami menuju ke kapel Catharina Labore sambil melewati sungai Seine yang membelah kota Paris. Tiba di kapel sudah ada beberapa warga lokal yang datang. Kami diperingatkan untuk tetap waspada terhadap barang-barang yang dibawa. Kemudian kami misa pagi di kapel ini. Misa diselenggarakan oleh Romo Nuruto dalam bahasa Indonesia. Beberapa warga lokal juga turut serta dalam misa ini. Suasana khidmat meskipun banyak di warga lokal maupun turis yang datang ke gereja ini untuk bersyukur dan berdoa. Gereja di tengah kota ini merupakan oase di antara hiruk pikuk suasana kota Paris. Masih banyak warga Paris yang meluangkan waktu untuk berdoa dan hening sejenik di tempat ini. Bahkan Romo Nuruto sempat memberkati warga lokal.

Penampakan Bunda Maria kepada Catharina Labore dan Medali Wasiat(info dari teks)
Malam hari tanggal 18-19 Juli 1830 Suster Catharina Laboure menerima kunjungan pertama dari Perawan Maria. Empat bulan kemudian, 27 November 1830, Suster Catharina dalam hening doanya, ia melihat Perawan itu. Matanya memandang ke langit. Ia mempersembahkan Bola dunia itu kepada Allah, di atasnya ada Salib kecil yang menyatakan dunia seluruhnya, semua manusia dan masing-masing dari kita.

Suster Catharina telah menghabiskan masa hidupnya di Reuilly selama 46 tahun, dalam kerendahan hati ia melayani orang-orang tua. Ia meninggal pada tahun 1876 dan telah dimakamkan di dalam rumah di Reuilly. Dalam tahun 1933, tubuhnya di tempatkan dalam peti relikwi ini. Habijtnya adalah habijt yang dipakai oleh para Puteri Kasih sampai tahun 1964.
140, rue du Bac Paris web: chapellenotredamedelamedaillemiraculeuse.com

Makan siang pertama di kota Paris disuguhi dengan masakan Chinese Food. Suguhan sup 'air hujan' (begitulah istilah yang ditemukan oleh mbak Rosa) yang terasa tawar dan nasi yang terasa 'anyep' di lidah kami. Syukurlah ada telor dadar yang menjadi favorit para rombongan. 

Energi yang kami dapat dari karbohidrat digunakan untuk berkunjung ke toko Benlux untuk berbelanja tas Long Champ, parfum Bvlgari, suvenir dan sejumlah titipan dari sanak saudara. Toko Benlux ini memang toko untuk turis sehingga ada stafnya yang bisa berbahasa Indonesia. Puas ngga puas dari Benlux kami melanjutkan perjalanan menuju cruise. Untuk tour cruise ini tidak termasuk dalam program sehingga kami harus membayar sekitar 15 Euro.

Mendung menyelimuti kota Paris. Sore ini kami menyusuri sungai Seine. Di sepanjang sungai kami disuguhi bangunan-bangunan bersejarah dengan penjelasan dalam bahasa Inggris. Seperti kebanyakan para pelancong, mereka malah asik foto-foto di sepanjang sungai. Hingga pada saatnya terlihat menara yang menjadi ikon kota Paris yakni menara Eifel.

Malam pertama menginap di Evergreen Laurel Paris (https://www.google.co.id/maps/@48.8972071,2.2843246,16z?).

Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel