Akhirnya kami tiba di bandara Charles De Gaulle pukul 8 pagi.
Keluar dari pesawat disambut dengan mobil tangga, angin dingin namun segar
mulai merasuk dari kaki hingga kepala. Hembusan nafas keluar dari hidung dan
mulut. Kemudian kami naik bus menuju terminal 2 kedatangan dan antri masuk
imigrasi. Setelah itu kami keluar dari terminal dan menunggu bus pariwisata.
Bus yang dikemudikan Marco warga negara Italia tiba dan bersiap memasukkan
koper-koper besar ke dalam bagasi. Marco agak sedikit heran, ada 43 penumpang
namun kopernya mencapai 80 koper lebih.
Keluar dari area bandara di pagi hari kami sudah disuguhi
kemacetan kota besar. Di kota Paris, warga kota yang tinggal di kota ini
disebut dengan Parisian.
Belum mandi dan mungkin hanya cuci muka, kami menuju ke
kapel Catharina Labore sambil melewati sungai Seine yang membelah kota Paris.
Tiba di kapel sudah ada beberapa warga lokal yang datang. Kami diperingatkan
untuk tetap waspada terhadap barang-barang yang dibawa. Kemudian kami misa pagi
di kapel ini. Misa diselenggarakan oleh Romo Nuruto dalam bahasa Indonesia. Beberapa
warga lokal juga turut serta dalam misa ini. Suasana khidmat meskipun banyak di
warga lokal maupun turis yang datang ke gereja ini untuk bersyukur dan berdoa.
Gereja di tengah kota ini merupakan oase di antara hiruk pikuk suasana kota
Paris. Masih banyak warga Paris yang meluangkan waktu untuk berdoa dan hening
sejenik di tempat ini. Bahkan Romo Nuruto sempat memberkati warga lokal.
Penampakan Bunda Maria kepada Catharina Labore dan Medali
Wasiat(info dari teks)
Malam hari tanggal 18-19 Juli 1830 Suster Catharina Laboure
menerima kunjungan pertama dari Perawan Maria. Empat bulan kemudian, 27
November 1830, Suster Catharina dalam hening doanya, ia melihat Perawan itu.
Matanya memandang ke langit. Ia mempersembahkan Bola dunia itu kepada Allah, di
atasnya ada Salib kecil yang menyatakan dunia seluruhnya, semua manusia dan
masing-masing dari kita.
Suster Catharina telah menghabiskan masa hidupnya di Reuilly
selama 46 tahun, dalam kerendahan hati ia melayani orang-orang tua. Ia
meninggal pada tahun 1876 dan telah dimakamkan di dalam rumah di Reuilly. Dalam
tahun 1933, tubuhnya di tempatkan dalam peti relikwi ini. Habijtnya adalah
habijt yang dipakai oleh para Puteri Kasih sampai tahun 1964.
140, rue du Bac Paris web:
chapellenotredamedelamedaillemiraculeuse.com
Makan siang pertama di kota Paris disuguhi dengan masakan
Chinese Food. Suguhan sup 'air hujan' (begitulah istilah yang ditemukan oleh
mbak Rosa) yang terasa tawar dan nasi yang terasa 'anyep' di lidah kami.
Syukurlah ada telor dadar yang menjadi favorit para rombongan.
Energi yang kami dapat dari karbohidrat digunakan untuk
berkunjung ke toko Benlux untuk berbelanja tas Long Champ, parfum Bvlgari,
suvenir dan sejumlah titipan dari sanak saudara. Toko Benlux ini memang toko
untuk turis sehingga ada stafnya yang bisa berbahasa Indonesia. Puas ngga puas
dari Benlux kami melanjutkan perjalanan menuju cruise. Untuk tour cruise ini
tidak termasuk dalam program sehingga kami harus membayar sekitar 15 Euro.
Mendung menyelimuti kota Paris. Sore ini kami menyusuri sungai
Seine. Di sepanjang sungai kami disuguhi bangunan-bangunan bersejarah dengan
penjelasan dalam bahasa Inggris. Seperti kebanyakan para pelancong, mereka
malah asik foto-foto di sepanjang sungai. Hingga pada saatnya terlihat menara
yang menjadi ikon kota Paris yakni menara Eifel.
Malam pertama menginap di Evergreen Laurel Paris
(https://www.google.co.id/maps/@48.8972071,2.2843246,16z?).