Pagi-pagi sebelum berangkat ke Vatican, ada pemberkatan
benda-benda rohani yang telah kami beli di Paris, Lourdes oleh Romo Nuruto.
Koper-koper yang tadinya agak ringan, sudah mulai penuh dengan barang-barang
belanjaan. Rombongan sudah siap di hari terakhir ini, dan bus akan berangkat menuju
terminal dekat plaza Santo Petrus.
Sekitar pukul 09.00 kami sudah tiba di terminal dan kemudian
bergerak menuju plaza Santo Petrus. Melewati lorong, naik tangga dan akhirnya
tembus ke bangunan komersial. Sudah banyak orang yang antri untuk pemeriksaan.
Audiensi dengan bapa Paus mulai pukul 10.00. Akhirnya kami sukses melewati
antrian pemeriksaan dan berjalan ke arah lapangan Santo Petrus. Karena sangat
luas, maka titik kumpul kami sepakati di toko suvenir Catolica. Kemudian kami
berpencar mencari tempat di mana nantinya Paus berkeliling dan kami bisa
melihat dengan dekat. Separuh lapangan sudah penuh oleh umat. Mungkin mereka
sudah datang dari pukul 7 pagi sehingga bisa dapat tempat di depan dekat
podium. Kami mendapat tempat agak tengah-tengah.
Pukul 10 dari kejauhan mobil Paus sudah mulai berkeliling
lapangan Santo Petrus dan menyapa semua umat yang datang. Hujan rintik-rintik.
Paus Fransiskus selalu mencium bayi bila ada yang membawa bayi. Setelah
berkeliling memberi berkat, Paus memberikan audiensi kira-kira 10 menit dalam
bahasa latin yang kemudian diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Namun tidak
ada terjemahan bahasa Indonesia. Setelah audiensi, umat mulai membubarkan diri.
Kami berkumpul sejenak di titik kumpul yang telah disepakati.
Paus Fransiskus (Paus ke-266) yang bernama Jorge Mario
Bergoglio
Lahir pada
tanggal 17 Desember 1936 di Buenos
Aires, Argentina.
Ia
menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri karena kesehatan.
Uskup Agung
Buenos Aires, Argentina sejak 1998. Pada tahun 2001 diangkat sebagai Kardinal
oleh Paus Yohanes Paulus II.
Paus
Fransiskus adalah imam Yesuit pertama dan orang Amerika Latin keturunan Italia
pertama yang terpilih sebagai Paus. Terpilih sebagai Paus pada hari kedua
Konklaf Kepausan 2013 (13 Maret 2013). Ia memilih nama Fransiskus untuk
menghormati Santo Fransiskus dari Asisi yang menjadi lambang untuk kemiskinan,
kerendahan hati, kesederhanaan, dan pembangunan kembali Gereja Katolik.
Kemudian kami mulai mengantri untuk masuk ke Basilika Santo
Petrus. Antrian cukup panjang namun ada beberapa pintu pemeriksaan sehingga
antrian bisa lancar. Semua barang bawaan diperiksa. Banyak peziarah
berbondong-bondong menuju basilika melewati patung Santo Petrus yang memegang
kunci dan buku, melewati patung Santo Paulus yang memegang pedang dan akhirnya
kami tiba di tangga teras basilika untuk kemudian berdoa bersama sebelum
melewati pintu suci ke-3.
Pintu Suci Basilika Santo Petrus
Puji Tuhan, kami masuk ke dalam megahnya basilika. Di dalam
sudah banyak peziarah, banyak karya seni seperti patung La Pieta, patung Santo
Petrus dan di langit-langit banyak sekali lukisan yang membuat decak kagum.
Semua karya Michael Angelo untuk mengungkapkan kebesaran karya Allah Bapa
melalui seni lukisan dan patung. Ada sebuah patung Santo Petrus sedang duduk,
antrian peziarah untuk memegang jempol kaki. Kemudian berkeliling menemukan patung
La Pieta. Luas sekali basilika ini tetapi kami tidak lelah menyusuri sudut demi
sudut. Rasa gembira mengalahkan lelah jiwa dan raga. Sampai akhirnya waktu
telah lewat dari makan siang, dan kami keluar dari bangunan basilika dan keluar
juga dari kota Vatican.
Ada kejadian kecil lagi tentang domba yang hilang. Kali ini
pak Alfons tidak diketahui di mana keberadaannya ketika kami berada di teras
basilika dan akan berkumpul untuk makan siang. Namun akhirnya ketemu juga,
tetapi Tante Ing berjenaka, "Wah kok pake ketemu, kalo engga ketemu kan
aku bisa tuker tambah dengan bule di sini".
Kami menyusuri jalan untuk menuju restoran terdekat dan
menemukan restoran Italia. Kami menyantap hidangan pasta. Beberapa rombongan
menyangka bahwa masakan pastanya kurang matang, tetapi mbak Rosa menjelaskan
bahwa memang tingkat kematangannya tidak matang sehingga terlihat agak lembek.
Kalau terlalu matang malah menjadi keras. Ada juga yang memesan kopi khas
expresso yang tentu saja rasanya beda dengan kopi expresso sachetan.
Kenyang dengan makanan pasta, kami menuju toko suvenir yang
menjual benda-benda rohani. Ini dia https://www.google.co.id/maps/@41.903847,12.4603071,15z
Di sini kami menemukan berbagai macam rosario, salib, lukisan dan pernak pernik
suvenir. Waktu yang terbatas sehingga kami melanjutkan ke basilica Santo
Giovani Lateran untuk melewati pintu suci ke-4. Basilica Santo Giovani Lateran
adalah tahta keuskupan agung Roma. Kemudian kami menyeberangi basilica menuju
Scala Sancta. Berdoa sepanjang tangga dengan berlutut sampai tangga terakhir. Banyak
sekali orang yang mengikuti ritual berlutut sambil berdoa di tangga ini.
Waktu semakin menjelang sore, di perjalanan ada yang masih
ingin ke Fontana Trevy atau langsung ke bandara. Akhirnya dengan kedisiplinan
waktu, kami bisa juga mengunjungi Fontana Trevy dan sempat makan es krim
gelato. Setelah berfoto sejenak dan melempar koin ke kolam air mancur, kami
kembali ke bus dan segera menuju bandara Leonardo Da Vinci. Di tengah jalan
kami sempat berhenti untuk mengambil kotak makan untuk makan malam berisi nasi
goreng. Perjalanan menuju bandara cukup lancar. Masih ada waktu sekitar 3 jam
untuk terbang.
Beberapa peserta yang belanja barang-barang yang duty free
bisa melaporkan untuk klaim. Nah ini dia yang perlu diperhatikan. Nota
pembayaran dan formulir duty free wajib diserahkan untuk pengurangan pajak.
Sementara yang lain sibuk urusan duty free, kami bergerak ke arah counter check
in Etihad. Meski belum dibuka, ternyata sudah ada antrian 10 orang. Hingga
akhirnya khusus antrian rombongan dipisahkan dengan antrian reguler. Sesuai
prosedur, satu per satu melaporkan koper yang akan masuk bagasi dan penukaran
tiket boarding.
Berat bagasi untuk penerbangan internasional kelas ekonomi
ini adalah 20kg per orang. Jadi bagi yang banyak membawa oleh-oleh baiknya
merencanakan dengan baik isi kopernya daripada kena tambahan biaya bagasi.
Sesudah prosedur ini kami bisa jalan-jalan berkeliling toko
di bandara. Ada yang menjual parfum, tas, makanan dan tentu saja oleh-oleh.
Tidak ada wajah kelelahan, malah kegembiraan yang membawa perjalanan ziarah ke
Eropa memberi kesan tersendiri di dalam hidup.
Ketika sedang menunggu di toilet, penulis tidak sengaja
bertemu dengan rekan lama. Ia bersama suami dan anak, tak dikira bertemu di
Roma. Mereka berziarah dengan agen travel yang berbeda dan mengucap syukur
untuk ulang tahun pernikahan.
Waktu boarding telah tiba. Antrian panjang sudah mulai
mengular. Pesawat Etihad EY 84 tujuan Abu Dhabi mulai disesaki oleh para
penumpang. Penerbangan ini akan memakan waktu sekitar 9 jam dan akan tiba di
abu dhabi pada pagi hari. Sampai di Abu Dhabi seperti biasa kami mulai lagi
untuk pemeriksaan. Setiap bunyi yang muncul ketika masuk ke pintu deteksi, maka
harus mundur dan melepas semua yang menggunakan logam.
Rindu rasanya pulang kembali ke tanah air. Rindu makan
bakso. Rindu nasi. Rindu tempe. Memang lidah tidak bisa bohong. Meskipun di
negeri orang, ternyata lidah punya cerita lain.
Tibalah kami duduk kembali di dalam pesawat Etihad dan mulai
tertidur di dalam pesawat hingga para awak kabin mondar mandir menawarkan makan
dan minum.